MAKALAH
IMUNISASI
Pengertian Imunisasi
Imunisasi berasal dari
kata imun, kebal atau resisten. Jadi, Imunisasi adalah suatu tindakan untuk
memberikan kekebalan dengan cara memasukkan vaksin ke dalam tubuh manuasia.
Sedangkan kebal adalah suatu keadaan dimana tubuh mempunyai daya kemampuan
mengadakan pencegahan penyakit dalam rangka menghadapi serangan kuman tertentu.
Kebal atau resisten terhadap suatu penyakit belum tentu kebal terhadap penyakit
lain. (Depkes RI, 1994)
Dalam ilmu kedokteran,
imunitas adalah suatu peristiwa mekanisme pertahanan tubuh terhadap invasibenda asing hingga terjadi interaksi antara tubuh dengan benda
asing tersebut. Adapun tujuan imunisasi adalah merangsang sistim imunologi
tubuh untuk membentuk antibody spesifik sehingga dapat melindungi tubuh dari
serangan Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). (Musa, 1985)
Departemen Kesehatan
RI (2004), menyebutkan imunisasi adalah suatu usaha yang dilakukan dalam
pemberian vaksin pada tubuh seseorang sehingga dapat menimbulkan kekebalan
terhadap penyakit tertentu.
Program Imunisasi
Di Indonesia, program
imunisasi telah dimulai sejak abad ke 19 untuk membasmi penyakit cacar di Pulau
Jawa. Kasus cacar terakhir di Indonesia ditemukan pada tahun 1972 dan pada
tahun 1974 Indonesia secara resmi dinyatakan Negara bebas cacar. Tahun 1977
sampai dengan tahun 1980 mulai diperkenal kan imunisasi BCG, DPT dan TT secara
berturut-turut untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit-penyakit TBC anak,
difteri, pertusis dan tetanus neonatorum. Tahun 1981 dan 1982 berturut-turut
mulai diperkenalkan antigen polio dan campak yang dimulai di 55 buah kecamatan
dan dikenal sebagai kecamatan Pengembangan Program Imunisasi (PPI).
Pada tahun 1984,
cakupan imunisasi lengkap secara nasional baru mencapai 4%. Dengan strategi
akselerasi, cakupan imunisasi dapat ditingkatkan menjadi 73% pada akhir tahun
1989. Strategi ini terutama ditujukan untuk memperkuat infrastruktur dan
kemampuan manajemen program. Dengan bantuan donor internasional (antara lain
WHO, UNICEF, USAID) program berupaya mendistribusikan seluruh kebutuhan vaksin
dan peralatan rantai dinginnya serta melatih tenaga vaksinator dan pengelola
rantai dingin . Pada akhir tahun 1989, sebanyak 96% dari semua kecamatan di
tanah air memberikan pelayanan imunisasi dasar secara teratur.
Dengan status program
demikian, pemerintah bertekad untuk mencapai Universal Child Immunization (UCI) yaitu komitmen internasional dalam rangka Child Survival pada akhir tahun 1990. Dengan
penerapan strategi mobilisasi social dan pengembangan Pemantauan Wilayah
Setempat (PWS), UCI ditingkat nasional dapat dicapai pada akhir tahun 1990.
Akhirnya lebih dari 80% bayi di Indonesia mendapat imunisasi lengkap sebelum ulang
tahunnya yang pertama. (Depkes RI, 2000)
Pentingnya Imunisasi dan Penyakit Yang
Dapat Dicegah Dengan Imunisasi
Imunisasi merupakan
salah satu cara yang efektif dan efisien dalam mencegah penyakit dan merupakan
bagian kedokteran preventif yang mendapatkan prioritas. Sampai saat ini ada
tujuh penyakit infeksi pada anak yang dapat menyebabkan kematian dan cacat,
walaupun sebagian anak dapat bertahan dan menjadi kebal. Ketujuh penyakit
tersebut dimasukkan pada program imunisasi yaitu penyakit tuberkulosis,
difteri, pertusis, tetanus, polio, campak dan hepatitis-B.
Tuberkulosis
Tuberkulosis (TBC) adalah suatu penyakit
menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis).
Penyakit TBC ini dapat menyerang semua golongan umur dan diperkirakan terdapat
8 juta penduduk dunia diserang TB denga kematian 3 juta orang per tahun. Di
negara-negara berkembang kematian ini merupakan 25% dari kematian penyakit yang
sebenarnya dapat diadakan pencegahan. Diperkirakan 95% penderita TBC berada di
Negara berkembang. (Depkes RI, 1992).
Difteri
Difteri merupakan penyakit infeksi yang
disebabkan oleh Corynebacterium diphtheriae merangsang saluran pernafasan terutama terjadi pada balita.
Penyakit difteri mempunyai kasus kefatalan yang tinggi. Pada penduduk yang
belum divaksinasi ternyata anak yang berumur 1-5 tahun paling banyak diserang
karena kekebalan (antibodi) yang diperolah dari ibunya hanya berumur satu
tahun.
Pertusis
Pertusis atau batuk rejan adalah penyakit
infeksi akut yang disebabkan oleh Bordotella pertusis pada saluran pernafasan.
Penyakit ini merupakan penyakit yang cukup serius pada bayi usia dini dan tidak
jarang menimbulkan kamatian. Seperti halnya penyakit infeksi saluran pernafasan
akut lainnya, pertusis sangat mudah dan cepat penularannya. Penyakit ini dapat
merupakan salah satu penyebab tingginya angka kesakitan terutama di daerah yang
padat penduduk.
Tetanus
Penyakit tetanus merupakan penyakit yang
disebabkan oleh kuman bakteri Clostridium tetani. Kejadian tetanus jarang
dijumpai di negara yang telah berkembang tetapi masih banyak terdapat di negara
yang sedang berkembang, terutama dengan masih seringnya kejadian tetanus pada
bayi baru lahir (tetanus neonatorum). Penyakit terjadi karena kuman Clostridium tetani memasuki tubuh bayi lahir
melalui tali pusat yang kurang terawat. Kejadian seperti ini sering kali
ditemukan pada persalinan yang dilakukan oleh dukun kampong akibat memotong
tali pusat memakai pisau atau sebilah bambu yang tidak steril. Tali pusat
mungkin pula dirawat dengan berbagai ramuan, abu, daun-daunan dan sebagainya.
Oleh karena itu, untuk mencegah kejadian tetanus neonatorum ini adalah dengan
pemberian imunisasi.
Poliomyelitis
Polio adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus polio. Berdasarkan hasil surveilans AFP (Acute Flaccide Paralysis)
dan pemeriksaan laboratorium, penyakit ini sejak tahun 1995 tidak ditemukan di
Indonesia. Namun kasus AFP ini dalam beberapa tahun terkahir kembali ditemukan
di beberapa daerah di Indonesia.
Campak
Penyakit campak (Measles) merupakan
penyakit yang disebabkan oleh virus campak, dan termasuk penyakit akut dan
sangat menular, menyerang hampir semua anak kecil. Penyebabnya virus dan
menular melalui saluran pernafasan yang keluar saat penderita bernafas, batuk
dan bersin (droplet). Penyakit ini pada umumnya sangat dikenal oleh masyarakat
terutama para ibu rumah tangga. Dibeberapa daerah penyakit ini dikaitkan dengan
nasib yang harus dialamai oleh semua anak, sedangkan di daerah lain dikaitkan
dengan pertumbuhan anak.
Hepatitis B
Penyakit hepatitis merupakan penyakit
menular yang disebabkan oleh virus hepatitis B. Penyakit ini masih merupakan
satu masalah kesehatan di Indonesia karena prevalensinya cukup tinggi.
Prioritas pencegahan terhadap penyakit ini yaitu melalui pemberian imunisasi hepatitis
pada bayi dan anak-anak. Hal ini dimaksudkan agar mereka terlindungi dari
penularan hepatitis B sedini mungkin dalam hidupnya. Dengan demikian integrasi
imunisasi Hepatitis B ke dalam imunisasi dasar pada kelompok bayi dan anak-anak
merupakan langkah yang sangat diperlukan.
Tujuan Pelaksanaan Imunisasi
Tujuan pemberian
imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya infeksi penyakit yang dapat
menyerang anak-anak. Hal ini dapat dicegah dengan pemberian imuniasi sedini
mungkin kepada bayi dan anak-anak.
Menurut Depkes RI
(2001), tujuan pemberian imunisasi adalah untuk mencegah penyakit dan kematian
bayi dan anak-anak yang disebabkan oleh wabah yang sering muncul. Pemerintah
Indonesia sangat mendorong pelaksanaan program imunisasi sebagai cara untuk
menurunkan angka kesakitan, kematian pada bayi, balita/ anak-anak pra sekolah.
Imunisasi BCG
Pemberian vaksin BCG
adalah untuk meningkatkan kekebalan aktif tubuh terhadap penyakit TB. Vaksin
ini mengandung bakteri bacillus calmette guerin fidup yang dilemahkan sebanyak
50.000-10.000.000 partikel /dosis. Imunisasi BCG diberikan 1 (satu) kali
sebelum bayi berumur 2 bulan secara suntikan intrakutan dengan dosis 0,05 ml,
pengulangan pemberian tidak dianjurkan karena keberhasilannya diragukan.
Vaksin BCG tersedia
dalam sediaan ampul warna coklat 5 ml untuk 80 anak. Dalam penggunaanya, jika
sediaannya telah dibuka, maka sediaan itu hanya boleh digunakan dalam 3 jam.
Cara pemberian dan dosis vaksin BCG adalah sebagai berikut :
-
Larutkan vaksin BCG
dengan menggunakan alat suntik steril (ADS 5 ml) sebelum digunakan.
-
Cara melarutkannya :
untuk mencegah terhembusnya serbuk, maka masukkan sediaan kedalam plastik
khusus kemudian patahkan leher ampul, lalu plastiknya di lepaskan secara
perlahan.Tambahkan pelarut kedalam ampul dengan spuit 5cc yg steril dan kering
( pelarut NaCl), goyang perlahan hingga homogen.
-
Dosis yang digunakan
pada bayi yang berumur kurang dari 1 tahun adalah 0,05 ml, sedangkan untuk anak
yang berusia diatas 1 tahun adalah 0,1 ml.
-
Penyuntikan dilakukan secara
intrakutan di daerah lengan kanan atas ( insertion musculus deltoideus) dengan
menggunakan ADS 0,05 ml. Penyuntikan dilakukan perlahan-lahan kearah permukaan
( sangat superficial ) sehingga terbentuk lepuh ( wheal ) dengan diameter 8-10
mm.
Kontraindikasi
pemberian imunisasi ini adalah terdapatnya penyakit kulit yg berat/menahun seperti eksim, furunkolosis, dan
anak sedang menderita penyakit TB.
Efek samping akibat
pemberian imunisasi ini adalah timbulnya indurasi dan kemerahan ditempat suntikan
( setelah 1-2 minggu pemberian ) yang berubah menjadi pustula, kemudian pecah
menjadi luka. Luka tersebut tidak memerlukan pengobatan karena akan sembuh
dengan sendirinya dan meninggalkan parut. Terkadang juga ditemui pembesaran
kelenjar regional diketiak atau leher, terasa padat, tidak sakit dan tidak
menimbulkan demam. Reaksi ini normal dann tidak perlu pengobatan
Vaksinasi BCG
dinyatakan berhasil apabila terjadi tuberkulin konversi pada tempat suntikan. Ada
tidaknyatuberkulin konversi tergantung pada potensi vaksin
dan dosis yang tepat serta cara penyuntikan yang benar. Kelebihan dosis dan
suntikan yang terlalu dalam akan menyebabkan terjadinya abses ditempat
suntikan. Untuk menjaga potensinya, vaksin BCG harus disimpan pada suhu 20 C. (Depkes RI, 2005)
Imunisasi DPT
Kekebalan terhadap
penyakit difteri, pertusis dan tetanus adalah dengan pemberian vaksin yang
terdiri dari toksoid difteri dan toksoid tetanus yang telah dimurnikan ditambah
dengan bakteri bortella pertusis yang telah dimatikan. Dosis penyuntikan 0,5 ml
diberikan secara subkutan atau intramuscular pada bayi yang berumur 2-12 bulan
sebanyak 3 kali dengan interval 4 minggu. Reaksi spesifik yang timbul setelah
penyuntikan tidak ada. Gejala biasanya demam ringan dan reaksi lokal tempat penyuntikan.
Bila ada reaksi yang berlebihan seperti suhu yang terlalu tinggi, kejang,
kesadaran menurun, menangis yang berkepanjangan lebih dari 3 jam, hendaknya
pemberian vaksin DPT diganti dengan DT. (Depkes RI, 2005)
Vaksin DPT tersedia
dalam sediaan vial warna kuning 5 ml untuk 10 anak. Cara pemberian vaksin ini
adalah sebagai berikut :
-
Kocok sediaan terlebih
dahulu hingga homogen
-
Kemudian disuntikan
secara IM pada musculus vastus lateralis(ant-lateral) di paha bagian atas
dengan dosis 0,5 ml
-
Dosis diberikan pada
umur 2, 3, 4 bulan dengan interval minimal 4 minggu
Kontraindikasi
pemberian imunisasi adalah enselopati, punya riwayat anafilaksis sebelumnya dan
hiperpireksia.
Efek samping akibat
pemberian imunisasi ini adalah gejala yg bersifat sementara seperti lemas,
demam, merah di tempat suntikkan. Kadang terjadi gejala berat seperti demam
tinggi, iritabilitas dan meracau yang biasanya terjadi 24 jam setelah
imunisasi.
Imunisasi DT
Imunisasi ini
memberikan kekebalan terhadap toksin yg dihasilkan oleh kuman penyebab penyakit
difteri dan tetanus. Pelaksanaannya dianjurkan untuk anak yang berusia dibawah
8 tahun. Cara pemberiannya sama dengan pemberian imunisasi DPT. Imunisasi ini
tidak boleh diberikan pada keadaan hiperpireksia dan sakit berat.
Imunisasi TT
Imunisasi Tetanus
toksoid ( TT ) memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit tetanus. ATS ( Anti
Tetanus Serum) juga dapat digunakan untuk mencegah atau pengobatan penyakit
tetanus. Pada ibu hamil, imunisasi diberikan pada saat kehamilan berumur 7 atau
8 bulan . Vaksin disuntikkan pada otot paha atau lengan atas sebanyak 0,5 ml.
Imunisasi Polio
Untuk kekebalan
terhadap poliomyelitis diberikan 2 tetes vaksin polio oral yang mengandung
virus polio yang mengandung virus polio tipe 1, 2 dan 3 dari Sabin. Vaksin yang diberikan melalui mulut pada bayi umur 2-12 bulan
sebanyak 4 kali dengan jarak waktu pemberian 4 minggu. (Depkes RI, 2005)
Vaksin ini tersedia
dalam sediaan vial les merah dan drop tetes merah jambu. Cara pemberian vaksin
ini adalah sebagai berikut :
-
Diberikan secara oral,
1 dosis adalah 2 tetes.
-
Dilakukan sebanyak 4
kali pemberian (bulan 1,2, 4 dan 6) dengan interval setiap dosis minimal 4
minggu.
-
Setiap membuka vial
baru harus menggunakan penetes (dropper ) yang baru.
Kontraindikasi pemberian
imunisasi ini adalah pada anak yg menerima immune deficiency.
Umumnya tidak terdapat efek
samping pada pemberian imunisasi ini. Efek Paralisis yg disebabkan oleh vaksin
sangat jarang terjadi( kurang dari 0,17:1.000.000; Bull WHO 66:1988).
Imunisasi Campak
Vaksin yang diberikan
berisi virus campak yang sudah dilemahkan dan dalam bentuk bubuk kering ataufreezeried yang harus dilarutkan dengan
bahan pelarut yang telah tersedia sebelum digunakan. Suntikan ini diberikan
secara subkutan dengan dosis 0,5 ml pada anak umur 9-12 bulan. Di negara
berkembang imunisasi campak dianjurkan diberikan lebih awal dengan maksud
memberikan kekebalan sedini mungkin, sebelum terkena infeksi virus campak
secara alami. Pemberian imunisasi lebih awal rupanya terbentur oleh adanya zat
anti kebal bawaan yang berasal dari ibu (maternal antibodi), ternyata dapat
menghambat terbentuknya zat kebal campak dalam tubuh anak, sehingga imunisasi
ulangan masih diberikan 4-6 bulan kemudian. Maka untuk Indonesia vaksin campak
diberikan mulai anak berumur 9 bulan. (Depkes RI, 2005)
Vaksin ini tersedia
dalam sediaan vial orange. Dalam penggunaannya, jika vial telah dibuka hanya
boleh digunakan untuk 8 jam. Cara pemberian vaksin ini adalah sebagai berikut :
-
Larutkan terlebih
dahulu vaksin dengan pelarut steril yg telah tersedia yang berisi 5 ml cairan
pelarut.
-
Kemudian disuntikan
secara subkutan dengan dosis 0,5 ml pada lengan kiri atas atau anteolateral
paha pada usia 9 – 11 bulan dan ulangan pada usia 6-7 th setelah catch up
campaign pada anak sekolah dasar kelas 1-6.
Kontraindikasi pemberian
imunisasi ini adalah anak yang mengidap penyakit immune deficiensi atau anak
yang diduga menderita gangguan respon imun karena leukimia, lymphoma.
Efek samping akibat pemberian
imunisasi ini pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3 hari
yg dapat tejadi 8-12 hari setelah vaksinasi.
Imunisasi Hepatitis B
Imunisasi ini memberikan kekebalan aktif terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus
Hepatitis B. Pemberiannya di lakukan sebanyak 3 kali , pertama saat
anak berusia 0-7 hari, bulan 1 dan selanjutnya pada bulan ke 6. Interval
minimum pemberian adalah 4 minggu.
Sediaan vaksin ini ada 2 jenis,
yakni sediaan vial warna merah jambu dan uniject warna putih. Cara pemberian
vaksin ini adalah sebagai berikut :
-
Sediaan dikocok
terlebih dahulu hingga homogen
-
Kemudian disuntikan
dengan dosis 0,5 ml atau 1(sebuah) HB PID secara intra muskular pada musculus
vastus lateralis( ant-lateral) atau di musculus Deltoid.
-
Pemberian sebanyak 3
dosis, dosis pertama diberikan pada umur 0-7 hari, berikutnya diberikan dengan interval
minimal 4 minggu.
Kontra indikasi pemberian
vaksin ini adalah anak yang hipersensitif terhadap komponen vaksin. Efek
samping setelah pemberian vaksin ini adalah timbulnya reaksi lokal seperti rasa
sakit, kemerahan dan pembengkakan disekitar tempat penyuntikan. Reaksi yg
terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang dalam 2 hari.
Kesimpulan
Imunisasi adalah suatu
tindakan untuk memberikan kekebalan secara aktif terhadap suatu antigen dengan cara memasukkan vaksin ke dalam tubuh manusia.
Tujuan
pemberian imunisasi adalah :
·
Mencegah kesakitan
·
Mencegah kecacatan
·
Mencegah kematian
Jenis
imunisasi menurut PPI (Program Pengembangan Imunisasi) :
·
BCG ( bacillus
calmette guerin ) sebanyak 1 kali
·
Hepatitis B sebanyak 3
kali
·
Polio sebanyak 4 kali
·
DPT sebanyak 3 kali
·
Campak sebanyak 1
kali.
Keberhasilan
imunisasi tergantung pada :
·
Status imun penjamu
·
Genetic
·
Kualitas n kuantitias
vaksin
·
Cara pemberian vaksin
·
Dosis vaksin
·
Host
·
Frekuensi pemberian
·
Zat yang merespon
vaksin imun yg diberikan
·
Cara penyimpanan
DAFTAR
PUSTAKA
Departemen Kesehatan
RI, Pedoman
Penyelenggaraan Imunisasi, Jakarta, 2005
Departemen Kesehatan
RI, Petunjuk
Pelaksanaan Program Imunisasi, Jakarta, 1992
Departemen Kesehatan
RI, Petunjuk
Teknis Reaksi Samping Imunisasi, Jakarta, 1994
Departemen Kesehatan
RI, Profil
Kesehatan Indonesia, Jakarta, 2000
Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran USU, Handbook for Pediatrician, Medan,2007
Ibrahim, Imunisasi dan Kematian Anak Balita, Medika, Nomor 6 Tahun 17, Jakarta, 1994
Musa , A.D, Peranan
Pencegahan Khususnya Imunisasi Dalam Penurunan Angka Kematian Bayi di
Indonesia.Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia. Tahun XV Nomor 9 April
1985.
Noor,N.N, Dasar Epidemiologi, Rineka Cipta, Jakarta, 2000
Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran USU, Handbook for
Pediatrician, Medan,2007
RSUD Dokter Soetomo, Pedoman Diagnosis dan Terapi
Bag/SMF Ilmu Kesehatan
Anak Edisi III, Surabaya, 2008