MAKALAH TENTANG GIZI
A. Latar belakang
Konsumsi gizi yang baik dan cukup seringkali tidak bisa dipenuhi oleh
seorang anak karena faktor eksternal maupun internal. Faktor eksternal
menyangkut keterbatasan ekonomi keluarga sehingga uang yang tersedia tidak
cukup untuk membeli makanan. Sedangkan faktor internal adalah faktor yang
terdapat didalam diri anak yang secara psikologis muncul sebagai problema makan
pada anak.
Anak balita memang sudah bisa makan apa saja seperti halnya orang dewasa.
Tetapi merekapun bisa menolak bila makanan yang disajikan tidak memenuhi selera
mereka. Oleh karena itu sebagai orang tua kita juga harus berlaku demokratis
untuk sekali-kali menghidangkan makanan yang memang menjadi kegemaran si anak.
Intake gizi yang baik berperan penting di dalam mencapai pertumbuhan badan
yang optimal. Dan pertumbuhan badan yang optimal ini mencakup pula pertumbuhan
otak yang sangat menentukan kecerdasan seseorang.
Faktor yang paling terlihat pada lingkungan masyarakat adalah kurangnya
pengetahuan ibu mengenai gizi-gizi yang harus dipenuhi anak pada masa
pertumbuhan. Ibu biasanya justru membelikan makanan yang enak kepada anaknya
tanpa tahu apakah makanan tersebut mengandung gizi-gizi yang cukup atau tidak,
dan tidak mengimbanginya dengan makanan sehat yang mengandung banyak gizi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang diatas dapat diuraikan suatu rumusan masalah
yaitu :
“Apakah pentingnya gizi bagi anak usia dini?”
C. Tujuan
Adapun tujuan dibuatnya penulisan ini yaitu :
1.
Untuk mengenal lebih jelas tentang
pemenuhan kebutuhan gizi pada balita
2.
Menu makanan ideal untuk balita
3.
Serta faktor yang mempengaruhi status
nutrisi balita
4.
Mendidik kebiasaan makan yang baik,
mencakup penjadwalan makan, belajar menyukai, memilih dan menentukan jenis
makanan yang bermutu.
5.
Masalah-masalah yang mempengaruhi gizi
balita
A. Pentingnya Gizi Lengkap Dan Seimbang Untuk Pertumbuhan Anak
Dengan bertambahnya
usia, seorang anak akan mengalami tumbuh kembang dan aktivitas fisik yang
pesat. Otomatis, makanan sebagai sumber energi yang juga berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan gizi anak perlu ditingkatkan kualitasnya. Makanan yang baik
sudah selayaknya mengandung zat gizi lengkap, mulai dari karbohidratnya, lemak,
protein, vitamin, sampai mineral.
Berdasarkan kebutuhan
tubuh akan makanan, kita dapat membagi bahan makanan menjadi 3 kelompok yaitu
bahan makanan yang bersumber pada zat tenaga terdapat pada nasi, kentang, roti,
mie dan umbu-umbian. Kedua adalah zat pembangun yang bersumber pada keju, susu,
ikan, ayam, daging, telur dan kacang-kacangan. Sedangkan yang terakhir, zat
pengatur bisa diperoleh melalui konsumsi sayur dan buah-buahan.
Jika anak mengkonsumsi
pola makan lengkap seperti makanan pokok, sayur-sayuran, daging dan
buah-buahan, maka kebutuhan gizinya sudah dapat tercukupi. Tapi juga harus
diperhatikan variasi hidangan, sebab dengan hanya mengkonsumsi satu jenis
makanan saja, gizi yang lengkap dan seimbang belum bisa terpenuhi. Supaya lebih
sempurna, jangan lupa mengkonsumsi susu. Karena susu dipercaya mampu mencerdaskan
otak anak, membentuk protein dan sebagai antibody. Pada anak usia 1-3 tahun
kebutuhan minum susu cukup hanya 1 gelas perhari. Dengan bertambahnya usia anak
dan aktivitasnya, maka bisa ditambah menjadi 2 gelas perhari.
a.
Gizi
Gizi adalah kandungan zat dalam makanan yang akan diproses di dalam tubuh
dan digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan
tubuh, serta memelihara fungsi normal organ-organ.
b.
Pentingnya Gizi
Makanan penting untuk hidup kita. Tanpa makan dan minum, kita tidak bisa
hidup. Kekurangan makanan akan membuat kita kelaparan, dan jika dibiarkan kita
bisa sakit bahkan meninggal dunia. Namun, jika makan makanan dengan jumlah yang
cukup tetapi dengan zat gizi yang tidak seimbang (misalnya: terlalu banyak
karbohidrat dan kurang vitamin) akan membuat kita kurus atau kegemukan.
Sebaliknya, jika makanan yang kita makan lengkap dan seimbang zat gizinya, maka
kita akan hidup sehat dan terhindar dari penyakit.
B. Pemenuhan Gizi Pada Balita
1.
Mengenal Balita
Secara harfiah, balita atau anak bawah lima tahun adalah anak usia kurang
dari lima tahun sehingga bayi usia dibawah satu tahun juga termasuk dalam
golongan ini. Namun, karena faal (kerja alat tubuh semestinya) bayi usia di
bawah satu tahun berbeda dengan anak usia diatas satu tahun, banyak ilmuwan
yang membedakannya. Utamanya, makanan bayi berbentuk cair, yaitu air susu ibu
(ASI), sedangkan umumnya anak usia lebih dari satu tahun mulai menerima makanan
padat seperti orang dewasa.
Anak usia 1-5 tahun dapat pula dikatakan mulai disapih atau selepas menyusu
sampai dengan prasekolah. Sesuai dengan pertumbuhan badan dan perkembangan
kecerdasannya, faal tubuhnya juga mengalami perkembangan sehingga jenis makanan
dan cara pemberiannya pun harus disesuaikan dengan keadaannya. Menurut Persagi
(1992), berdasarkan karakteristiknya, balita usia 1-5 tahun dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu anak usia lebih dari satu tahun sampai tiga tahun yang
dikenal dengan “ batita “ dan anak usia lebih dari tiga tahun sampai lima tahun
yang dikenal dengan usia “ prasekolah”. Batita sering disebut konsumen pasif,
sedangkan usia prasekolah lebih dikenal sebagai konsumen aktif.
2.
Karakteristik Balita
Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima makanan
dari apa yang disediakan ibunya. Dengan kondisi demikian, sebaiknya anak balita
diperkenalkan dengan berbagai bahan makanan. Laju pertumbuhan masa batita lebih
besar dari masa usia prasekolah sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif
lebih besar. Namun, perut yang masih lebih kecil menyebabkan jumlah makanan
yang mampu diterimanya dalam sekali makan lebih kecil daripada anak yang
usianya lebih besar. Oleh karena itu, pola makan yang diberikan adalah porsi
kecil dengan frekuensi sering.
3.
Karakteristik Usia Prasekolah
Pada usia prasekolah, anak menjadi konsumen aktif, yaitu mereka sudah dapat
memilih makanan yang disukainya. Masa ini juga sering dikenal sebagai “ masa
keras kepala “. Akibat pergaulan dengan lingkungannya terutama dengan anak-anak
yang lebih besar, anak mulai senang jajan.
Perilaku makan sangat dipengaruhi oleh kedaan psikologis, kesehatan, dan
sosial anak. Oleh karena itu, kedaan lingkungan dan sikap keluarga merupakan
hal yang sangat penting dalam pemberian makan pada anak agar anak tidak cemas
dan khawatir terhadap makanannya. Seperti pada orang dewasa, suasana yang
menyenangkan dapat membangkitkan selera makan anak.
4.
Peran Makanan Bagi Balita
a.
Makanan sebagai sumber zat gizi
Didalam makanan terdapat enam jenis zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak,
protein, vitamin, mineral, dan air.
Zat gizi ini diperlukan bagi balita sebagai zat tenaga, zat pembangun , dan
zat pengatur.
1)
Zat tenaga
Zat gizi yang
menghasilkan tenaga atau energi adalah karbohidrat , lemak, dan protein. Bagi
balita, tenaga diperlukan untuk melakukan aktivitasnya serta pertumbuhan dan
perkembangannya.
Oleh karena itu,
kebutuhan zat gizi sumber tenaga balita relatif lebih besar daripada orang
dewasa.
2)
Zat Pembangun
Protein sebagai zat
pembangun bukan hanya untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan organ-organ
tubuh balita, tetapi juga menggantikan jaringan yang aus atau rusak.
3)
Zat pengatur
Zat pengatur berfungsi
agar faal organ-organ dan jaringan tubuh termasuk otak dapat berjalan seperti
yang diharapkan. Berikut ini zat yang berperan sebagai zat pengatur.
a.
Vitamin, baik yang larut air ( vitamin B
kompleks dan vitamin C ) maupun yang larut dalam lemak ( vitamin A, D, E, dan K
).
b.
Berbagai mineral, seperti kalsium, zat
besi, iodium, dan flour.
c.
Air, sebagai alat pengatur vital kehidupan
sel-sel tubuh.
5.
Kebutuhan Gizi Balita
Kebutuhan gizi seseorang adalah jumlah yang diperkirakan cukup untuk
memelihara kesehatan pada umumnya. Secara garis besar, kebutuhan gizi
ditentukan oleh usia, jenis kelamin, aktivitas, berat badan, dan tinggi badan.
Antara asupan zat gizi dan pengeluarannya harus ada keseimbangan sehingga
diperoleh status gizi yang baik. Status gizi balita dapat dipantau dengan
menimbang anak setiap bulan dan dicocokkan dengan Kartu Menuju Sehat (KMS).
a.
Kebutuhan Energi
Kebutuhan energi bayi
dan balita relatif besar dibandingkan dengan orang dewasa, sebab pada usia
tersebut pertumbuhannya masih sangat pesat. Kecukupannya akan semakin menurun
seiring dengan bertambahnya usia.
b.
Kebutuhan zat pembangun
Secara fisiologis,
balita sedang dalam masa pertumbuhan sehingga kebutuhannya relatif lebih besar
daripada orang dewasa.
Namun, jika dibandingkan
dengan bayi yang usianya kurang dari satu tahun, kebutuhannya relatif lebih
kecil.
c.
Kebutuhan zat pengatur
d.
Kebutuhan air bayi dan balita dalam sehari
berfluktuasi seiring dengan bertambahnya usia.
6.
Beberapa Hal Yang Mendorong Terjadinya
Gangguan Gizi
Ada beberapa hal yang sering merupakan penyebab terjadinya gangguan gizi,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Sebagai penyebab langsung gangguan
gizi, khususnya gangguan gizi pada bayi dan anak usia dibawah lima tahun
(balita) adalah tidak sesuainya jumlah gizi yang mereka peroleh dari makanan
dengan kebutuhan tubuh mereka.
Berbagai faktor yang secara tidak langsung mendorong terjadinya gangguan
gizi terutama pada anak Balita antara lain sebagai berikut:
a.
Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan
kesehatan
b.
Prasangka buruk terhadap bahan makanan
tertentu
c.
Adanya kebiasaan atau pantangan yang
merugikan
d.
Kesukaan yang berlebihan terhadap jenis
makanan tertentu
e.
Jarak kelahiran yang terlalu rapat
f.
Sosial Ekonomi
g.
Penyakit infeksi
7.
Akibat Gizi yang Tidak Seimbang
a.
Kekurangan Energi dan Protein (KEP)
Berikut ini sebab-sebab
kurangnya asupan energi dan protein.
1)
Makanan yang tersedia kurang mengandung
energi
2)
Nafsu makan anak terganggu sehingga tidak
mau makan
3)
Gangguan dalam saluran pencernaan sehingga
penyerapan sari makanan dalam usus terganggu
4)
Kebutuhan yang meningkat, misalnya karena
penyakit infeksi yang tidak diimbangi dengan asupan yang memadai.
Kekurangan energi dan protein mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan
balita terganggu.Gangguan asupan gizi yang bersifat akut menyebabkan anak kurus
kering yang disebut dengan wasting. Wasting, yaitu berat badan anak tidak
sebanding dengan tinggi badannya. Jika kekurangna ini bersifat menahun (
kronik), artinya sedikit demi sedikit, tetapi dalam jangka waktu yang lama maka
akan terjadi kedaan stunting. Stunting , yaitu anak menjadi pendek dan tinggi
badan tidak sesuai dengan usianya walaupun secara sekilas anak tidak kurus.
Berdasarkan penampilan yang ditunjukkan, KEP akut derajat berat dapat
dibedakan menjadi tiga bentuk.
1)
Marasmus
Pada kasus marasmus,
anak terlihat kurus kering sehingga wajahnya seperti orang tua.Bentuk ini
dikarenakan kekurangan energi yang dominan.
2)
Kwashiorkor
Anak terlihat gemuk semu
akibat edema, yaitu penumpukan cairan di sela- sela sel dalam jaringan.
Walaupun terlihat gemuk, tetapi otot-otot tubuhnya mengalami pengurusan (
wasting ). Edema dikarenakan kekurangan asupan protein secara akut ( mendadak
), misalnya karena penyakit infeksi padahal cadangan protein dalam tubuh sudah
habis.
3)
Marasmik-kwashiorkor
Bentuk ini merupakan
kombinasi antara marasmus dan kwashiorkor. Kejadian ini dikarenakan kebutuhan
energi dan protein yang meningkat tidak dapat terpenuhi dari asupannya.
@ Obesitas
Timbulnya Obesitas
dipengaruhi berbagai faktor, diantaranya faktor keturunan dan lingkungan. Tentu
saja,
faktor utama adalah asupan energi yang tidak sesuai dengan penggunaan.
Menurut Aven-Hen (1992),
Obesitas sering ditemui pada anak-anak sebagai berikut:
1)
Anak yang setiap menangis sejak bayi
diberi susu botol.
2)
Bayi yang terlalu dini diperkenalkan
dengan makanan padat.
3)
Anak dari ibu yang terlalu takut anaknya
kekurangan gizi.
4)
Anak yang selalu mendapat hadiah cookie
atau gula-gula jika ia berbuat sesuai keinginan orangtua.
5)
Anak yang malas untuk beraktivitas fisik.
8.
Penyebab Balita Kurang Nafsu makan :
a.
Faktor penyakit organis
b.
Faktor gangguan psikologi
Anak akan kehilangan
nafsu makan karena hal-hal sebagai berikut:
1)
Air Susu Ibu yang diberikan terlalu
sedikit sehingga bayi menjadi frustasi dan menangis
2)
Anak terlalu dipaksa untuk menghabiskan
makanan dalam jumlah/ takaran tertentu sehingga anak menjadi tertekan
3)
Makanan yang disajikan tidak sesuai dengan
yang diinginkan / membosankan
4)
Susu formula yang diberikan tidak disukai
anak atau ukuran / dosis yang diberikan tidak sesuai dengan sehingga susu yang
diberikan tidak dihabiskan
5)
Suasana makan tidak menyenangkan/ anak
tidak pernah makan bersama kedua orang tuanya.
c.
Faktor pengaturan makanan yang kurang baik
Berikut ini beberapa
upaya untuk mengatasi anak sulit makan ( faktor organis, faktor psikologis,
atau faktor pengaturan makanan )
1)
Jika penyebabnya faktor organis, yang
harus dilakukan adalah dengan menyembuhka penyakitnya melalui dokter.
2)
Jika penyebabnya faktor psikologis,
berikut beberapa hal yang dapat dilakukan.
(a) Makanan dibuat dengan resep masakan yang mudah dan praktis sehingga dapat
menggugah selera makan anak dan disajikan semenarik mungkin.
(b) Jangan memaksa anak untuk menghabiskan makanan, orangtua harus sabar saat
memberi makan anak.
(c) Upayakan suasana makan menyenangkan , sebaiknya waktu makan disesuaikan
denga waktu makan keluarga karena anak punya semangat untuk menghabiskan
makanannya dengan makan bersama keluarga (orangtua)
(d) Pembicaraan yang kurang menyenangkan terhadap suatu jenis makanan sebaiknya
dihindari dan ditanamkan pada anak memilih bahan /jenis makanan yang baik.
Jika penyebabnya adalah
faktor pengaturan makanan maka dapat dilakukan beberapa hal berikut ini.
(a) Diusahakan waktu makan teratur dan makanan diberikan pada saat anak
benar-benar lapar dan haus
(b) Makanan selingan dapat diberikan asalkan makanan tersebut tidak membuat
anak menjadi kenyang agar anak tetap mau makan nasi.
(c) Untuk membeli makanan jajanan sebagai makanan selingan, sebaiknya
didampingi oleh orang tuanya sehingga anak dapat memilih makanan jajanan yang
baik dari segi kandungan gizi maupun kebersihannya.
(d) Kuantitas dan kualitas makanan yang diberikan harus diatur disesuaikan
dengan kebutuhan/kecukupan gizinya sehingga anak tidak menderita gizi kurang
atau gizi lebih.
A. Kesimpulan
1.
Pemenuhan gizi balita dapat dilihat dari
karakteristik anak itu sendiri.
2.
Pemberian asupan zat makanan seperti zat
tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur sangat diperlukan bagi balita.
3.
Dan pengeluarannya asupan makanan harus
ada keseimbangan sehingga diperoleh status gizi yang baik.
4.
Menu makanan yang baik seperti 4 sehat 5
sempurna sangat mempengaruhi kesehatan dan kecerdasan bagi otaknya.
5.
Faktor yang mempengaruhi status nutrisi
untuk balita yaitu serat makan dan kemudahan dalam mencerna makanan dari sumber
makanan yang ia makan, vitamin serta pengaruh obat yang diminum dan faktor
endokrin dan emosional.
B. Saran
1.
Pengetahuan ibu harus luas mengenai
pemahaman tentang anak.
2.
Sebaiknya seorang ibu harus bisa mengatur
/ memilah-milah makanan untuk balita.
3.
Berikan anak makanan yang mengandung 4
sehat 5 sempurna karena sangat baik untuk pertumbuhan anak.
4.
Jangan lupa pemberian makanan yang sehat
serta suplemen yang teratur untuk pertumbuhan dan kecerdasannya.
No comments:
Post a Comment