Cara – cara pengendalian sosial
Suatu proses pengendalian sosial dapat
dilaksanakan dengan berbagai cara tang pokok nya berkisar bpada cara – cara
tanpa kekerasan (persuasif) ataupun dengan paksaan (represif). Cara mana yang
sebaiknya diterapkan sangat tergantung pada faktor terhadap siapa pengendalian
sosial tadi hendak diberlakukan dan dalam keadaan yang bagaimana. Dalam suatu
masyarakat yang relatif tenteram, cara – cara yang persuasif mungkin akan lebih
efektif daripada penggunaan paksaan. Hal ini disebabkan sebagian besar kaidah
dan nilai – nilai soaial telah melembaga atau bahkan mendarah daging didalam
diri para warga masyarakat . jika keadaannya demikian, berarti paksaan sama
sekali tidak diperlukan. Sebaliknya, jika disuatu masyarakat banyak terdapat
pelanggaran, maka tindakan represif dapat diterapkan demi tercapainya
ketertiban soaial.
Untuk melaksanakan hal tersebut ada beberapa cara
pengendalian sosial yang dapat dilakukan, antara lain sebagai berikut.
a. Cemoohan
Jika salah seorang anggota masyarakat atau kelompok
berbuat sesuatu yang dianggap menyimpang dari nilai dan norma yang berlaku,
maka seseotang /kelompok orang tersebut akan dicemooh atau diejek oleh anggota
masyarakat lainnya dengan tujuan agar tidak melakukan perbuatan yang melanggar
norma itu lagi, dan diharapkan anggota masyarakat lain mengetahui jika
perbuatan tersebut dianggap melanggar norma atau nilai yang berlaku didalam
masyarakat tadi. Jadi cemoohan atau ejekan disini bertujuan untuk
mengendaliukan penyimpangan sosial.
b. Teguran
Teguran merupakan satu bentuk pengendalian sosial.
Teguran bisa berupa peringatan, baik secara langsung maupun tidak langsung
c. Pendidikan
Jika pengendalian sosial melalui pendidikan
dilakukan secara efektif, maka bentuk – bentuk pengendalian sosial yang lain
hanya sebagai pendukungnya. Pendidikan adalah proses yang diawali sejak lahir ,
berlangsung sepanjang hidup, dan merupakan cara pengendalian sosial yang
efektif.
d. Agama
Setiap pemeluk agama yang taat akan mengakui
kebenaran ajaran agamanya dan menjadikan ajaran agamanya sebagai pedoman dalam
bertingkah laku. Jika melanggar ajaran agamanya, ia akan merasa berdosa,
tersingkir, dan berusaha bertobat. Agama juga merupakan sarana pengendalian
sosial yang efektif.
e. Gosip atau Desas – desus
Gosip atau desas – desus adalah berita yang menyebar
secara cepat dan tidak berdasarkan pada kenyataan. Biasanya terjadi ketika
kritik sosial secara terbuka, tetapi tidak dapat dilontarkan. Dengan gosip
tersebut individu yang berperilaku menyimpang akan merasa malu dan bersalah
sehingga akan lebih berhati – hati dalam bertindak.
f. Ostrasisme
Ostrasisme dapat diartikan sebagai “pengucilan”.
Misalnya, ada seorang anggota masyarakat
yang walaupun diperbolehkan bekerja sama dalam kelompok masyarakat,
tetapi dia tidak diajak berkomunikasi. Tujuan ostrasisme atau pengucilan ini
agar anggota masyarakat yang bersangkutan atau masyarakat lainnya tidak
melakukan pelanggaran terhadap nilai dan norma yang berlaku.
g. Fraundulens
Fraundulens adalah pengendalian sosial dengan jalan
meminta bantuan kepada pihak lain yang lebih dianggap dapat mengatasi masalah.
h. Intimidasi
Salah satu bentuk pengendalian sosial lainnya adalah
intimidasi. Intimidasi dilakukan dengan cara menekan, memaksa, mengancam, atau
menakut – nakuti.
i.
Hukum
Setiap masyarakat telah mengembangkan sistem
penghargaan dan hukuman (sanksi) agar merangsang para anggotanya untuk
mentesuaikan diri dengan notma – norma sosial yang berlaku. Sanksi positif
dihubungkan dengan penghargaan – penghargaan yang diberikan kepada seseorang
yang dapat menyesuaikan diri. Sanksi negatif berupa hukuman – hukuman yang
mungkin diterapkan apabila seorang tidak berhasil menyesuaikan diri.
Adanya sistem pengendalian sosial yang baik belum berarti
tidak akan terjadi penyimpangan dan penyelewengan dalam masyarakat. Hal
tersebut mungkin saja terjadi karena :
a.
Ada akidah –
kaidah atau nilai – nilai yang tidak memuaskan pihak tertentu,
b.
Tidak mungkin
untuk mengatur semua kepentingan warga secara merata,
c.
Kadang – kadang
terjadi keadaan dimana sistem pengendalian sosial tidak dapat diterapkan
seterusnya, dan
d.
Terjadi konflik
dalam masyarakat karena perbedaan kepentingan
Lembaga Pengendalian Sosial
Kehidupan masyarakat modern yang sangat
kompleks mendorong proses pengendalian sosial dilakukan tidak hanya berdasarkan
pada kesadaran individu, tetapi cara memfungsikan aparat atau alat kontrol
sosial untuk mengatur kehidupan masyarakat. Coba anda bandingkan upaya
pengendalian sosial yang berbentuk di lingkungan masyarakat tradisional dan
modern!
Pada kehidupan masyarakat tradisional
upaya pengendalian sosial dilaksanakan berdasarkan respon dari peran masyarakat
itu sendiri untuk mengatur anggota masyarakat yang membangkang dari nilai dan
norma sosial. Pada kehidupan masyarakat modern, aparat kepolisian menjadi
sarana otoritas dan prioritas utama dalam proses pengendalian sosial. Coba anda
amati berbagai tayangan infotainment
yang sering mengulas kehidupan para artis atau selebriti. Hampir seluruh
aktivitas yang dilakukan oleh artis selalu berkenaan dengan hukum resmi. Jika
masyarakat tradisional melakukan kontrol sosial secara informal, masyarakat
modern melakukan kontrol sosial secara formal. Masyarak modern telah
meninggalkan kontrol sosial seperti
celaan atau cemoohan. Misalnya, artis A mencemooh artis B yang telah merebut
suami orang. Artis B justru memandang cemoohan tersebut sebagai pencemaran nama
baik dan bukan sebagai bentuk kontrol sosial. Cemoohan tersebut justru akan
menjadi kasus perdata yang harus diselesaikan melalui le,mbaga formal. Adapun
lembaga pengendalian soail di lingkungan masyarakat, yaitu lembaga keluarga,
lembaga agama, lembaga pendidikan, lembaga adat, media massa, lembaga swadaya
masyarakat (LSM), kepolisian, lembaga peradilan, dan tokoh masyarakat.