Pages

Tuesday, April 03, 2012

Cara – cara pengendalian sosial


Cara – cara pengendalian sosial
Suatu proses pengendalian sosial dapat dilaksanakan dengan berbagai cara tang pokok nya berkisar bpada cara – cara tanpa kekerasan (persuasif) ataupun dengan paksaan (represif). Cara mana yang sebaiknya diterapkan sangat tergantung pada faktor terhadap siapa pengendalian sosial tadi hendak diberlakukan dan dalam keadaan yang bagaimana. Dalam suatu masyarakat yang relatif tenteram, cara – cara yang persuasif mungkin akan lebih efektif daripada penggunaan paksaan. Hal ini disebabkan sebagian besar kaidah dan nilai – nilai soaial telah melembaga atau bahkan mendarah daging didalam diri para warga masyarakat . jika keadaannya demikian, berarti paksaan sama sekali tidak diperlukan. Sebaliknya, jika disuatu masyarakat banyak terdapat pelanggaran, maka tindakan represif dapat diterapkan demi tercapainya ketertiban soaial.
Untuk melaksanakan hal tersebut ada beberapa cara pengendalian sosial yang dapat dilakukan, antara lain sebagai berikut.
a.       Cemoohan
Jika salah seorang anggota masyarakat atau kelompok berbuat sesuatu yang dianggap menyimpang dari nilai dan norma yang berlaku, maka seseotang /kelompok orang tersebut akan dicemooh atau diejek oleh anggota masyarakat lainnya dengan tujuan agar tidak melakukan perbuatan yang melanggar norma itu lagi, dan diharapkan anggota masyarakat lain mengetahui jika perbuatan tersebut dianggap melanggar norma atau nilai yang berlaku didalam masyarakat tadi. Jadi cemoohan atau ejekan disini bertujuan untuk mengendaliukan penyimpangan sosial.
b.      Teguran
Teguran merupakan satu bentuk pengendalian sosial. Teguran bisa berupa peringatan, baik secara langsung maupun tidak langsung
c.       Pendidikan
Jika pengendalian sosial melalui pendidikan dilakukan secara efektif, maka bentuk – bentuk pengendalian sosial yang lain hanya sebagai pendukungnya. Pendidikan adalah proses yang diawali sejak lahir , berlangsung sepanjang hidup, dan merupakan cara pengendalian sosial yang efektif.
d.      Agama
Setiap pemeluk agama yang taat akan mengakui kebenaran ajaran agamanya dan menjadikan ajaran agamanya sebagai pedoman dalam bertingkah laku. Jika melanggar ajaran agamanya, ia akan merasa berdosa, tersingkir, dan berusaha bertobat. Agama juga merupakan sarana pengendalian sosial yang efektif.
e.       Gosip atau Desas – desus
Gosip atau desas – desus adalah berita yang menyebar secara cepat dan tidak berdasarkan pada kenyataan. Biasanya terjadi ketika kritik sosial secara terbuka, tetapi tidak dapat dilontarkan. Dengan gosip tersebut individu yang berperilaku menyimpang akan merasa malu dan bersalah sehingga akan lebih berhati – hati dalam bertindak.
f.       Ostrasisme
Ostrasisme dapat diartikan sebagai “pengucilan”. Misalnya, ada seorang anggota masyarakat  yang walaupun diperbolehkan bekerja sama dalam kelompok masyarakat, tetapi dia tidak diajak berkomunikasi. Tujuan ostrasisme atau pengucilan ini agar anggota masyarakat yang bersangkutan atau masyarakat lainnya tidak melakukan pelanggaran terhadap nilai dan norma yang berlaku.
g.      Fraundulens
Fraundulens adalah pengendalian sosial dengan jalan meminta bantuan kepada pihak lain yang lebih dianggap dapat mengatasi masalah.
h.      Intimidasi
Salah satu bentuk pengendalian sosial lainnya adalah intimidasi. Intimidasi dilakukan dengan cara menekan, memaksa, mengancam, atau menakut – nakuti.
i.        Hukum
Setiap masyarakat telah mengembangkan sistem penghargaan dan hukuman (sanksi) agar merangsang para anggotanya untuk mentesuaikan diri dengan notma – norma sosial yang berlaku. Sanksi positif dihubungkan dengan penghargaan – penghargaan yang diberikan kepada seseorang yang dapat menyesuaikan diri. Sanksi negatif berupa hukuman – hukuman yang mungkin diterapkan apabila seorang tidak berhasil menyesuaikan diri.
Adanya sistem  pengendalian sosial yang baik belum berarti tidak akan terjadi penyimpangan dan penyelewengan dalam masyarakat. Hal tersebut mungkin saja terjadi karena :
a.       Ada akidah – kaidah atau nilai – nilai yang tidak memuaskan pihak tertentu,
b.      Tidak mungkin untuk mengatur semua kepentingan warga secara merata,
c.       Kadang – kadang terjadi keadaan dimana sistem pengendalian sosial tidak dapat diterapkan seterusnya, dan
d.      Terjadi konflik dalam masyarakat karena perbedaan kepentingan

Lembaga Pengendalian Sosial
Kehidupan masyarakat modern yang sangat kompleks mendorong proses pengendalian sosial dilakukan tidak hanya berdasarkan pada kesadaran individu, tetapi cara memfungsikan aparat atau alat kontrol sosial untuk mengatur kehidupan masyarakat. Coba anda bandingkan upaya pengendalian sosial yang berbentuk di lingkungan masyarakat tradisional dan modern!
Pada kehidupan masyarakat tradisional upaya pengendalian sosial dilaksanakan berdasarkan respon dari peran masyarakat itu sendiri untuk mengatur anggota masyarakat yang membangkang dari nilai dan norma sosial. Pada kehidupan masyarakat modern, aparat kepolisian menjadi sarana otoritas dan prioritas utama dalam proses pengendalian sosial. Coba anda amati berbagai tayangan infotainment yang sering mengulas kehidupan para artis atau selebriti. Hampir seluruh aktivitas yang dilakukan oleh artis selalu berkenaan dengan hukum resmi. Jika masyarakat tradisional melakukan kontrol sosial secara informal, masyarakat modern melakukan kontrol sosial secara formal. Masyarak modern telah meninggalkan kontrol sosial  seperti celaan atau cemoohan. Misalnya, artis A mencemooh artis B yang telah merebut suami orang. Artis B justru memandang cemoohan tersebut sebagai pencemaran nama baik dan bukan sebagai bentuk kontrol sosial. Cemoohan tersebut justru akan menjadi kasus perdata yang harus diselesaikan melalui le,mbaga formal. Adapun lembaga pengendalian soail di lingkungan masyarakat, yaitu lembaga keluarga, lembaga agama, lembaga pendidikan, lembaga adat, media massa, lembaga swadaya masyarakat (LSM), kepolisian, lembaga peradilan, dan tokoh masyarakat.

No comments:

Post a Comment