Pages

Thursday, July 03, 2014

MAKALAH IMUNISASI

MAKALAH IMUNISASI

Pengertian Imunisasi
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Jadi, Imunisasi adalah suatu tindakan untuk memberikan kekebalan dengan cara memasukkan vaksin ke dalam tubuh manuasia. Sedangkan kebal adalah suatu keadaan dimana tubuh mempunyai daya kemampuan mengadakan pencegahan penyakit dalam rangka menghadapi serangan kuman tertentu. Kebal atau resisten terhadap suatu penyakit belum tentu kebal terhadap penyakit lain. (Depkes RI, 1994)
Dalam ilmu kedokteran, imunitas adalah suatu peristiwa mekanisme pertahanan tubuh terhadap invasibenda asing hingga terjadi interaksi antara tubuh dengan benda asing tersebut. Adapun tujuan imunisasi adalah merangsang sistim imunologi tubuh untuk membentuk antibody spesifik sehingga dapat melindungi tubuh dari serangan Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). (Musa, 1985)
Departemen Kesehatan RI (2004), menyebutkan imunisasi adalah suatu usaha yang dilakukan dalam pemberian vaksin pada tubuh seseorang sehingga dapat menimbulkan kekebalan terhadap penyakit tertentu.

Program Imunisasi
Di Indonesia, program imunisasi telah dimulai sejak abad ke 19 untuk membasmi penyakit cacar di Pulau Jawa. Kasus cacar terakhir di Indonesia ditemukan pada tahun 1972 dan pada tahun 1974 Indonesia secara resmi dinyatakan Negara bebas cacar. Tahun 1977 sampai dengan tahun 1980 mulai diperkenal kan imunisasi BCG, DPT dan TT secara berturut-turut untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit-penyakit TBC anak, difteri, pertusis dan tetanus neonatorum. Tahun 1981 dan 1982 berturut-turut mulai diperkenalkan antigen polio dan campak yang dimulai di 55 buah kecamatan dan dikenal sebagai kecamatan Pengembangan Program Imunisasi (PPI).
Pada tahun 1984, cakupan imunisasi lengkap secara nasional baru mencapai 4%. Dengan strategi akselerasi, cakupan imunisasi dapat ditingkatkan menjadi 73% pada akhir tahun 1989. Strategi ini terutama ditujukan untuk memperkuat infrastruktur dan kemampuan manajemen program. Dengan bantuan donor internasional (antara lain WHO, UNICEF, USAID) program berupaya mendistribusikan seluruh kebutuhan vaksin dan peralatan rantai dinginnya serta melatih tenaga vaksinator dan pengelola rantai dingin . Pada akhir tahun 1989, sebanyak 96% dari semua kecamatan di tanah air memberikan pelayanan imunisasi dasar secara teratur.
Dengan status program demikian, pemerintah bertekad untuk mencapai Universal Child Immunization (UCI) yaitu komitmen internasional dalam rangka Child Survival pada akhir tahun 1990. Dengan penerapan strategi mobilisasi social dan pengembangan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS), UCI ditingkat nasional dapat dicapai pada akhir tahun 1990. Akhirnya lebih dari 80% bayi di Indonesia mendapat imunisasi lengkap sebelum ulang tahunnya yang pertama. (Depkes RI, 2000)

Pentingnya Imunisasi dan Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi
Imunisasi merupakan salah satu cara yang efektif dan efisien dalam mencegah penyakit dan merupakan bagian kedokteran preventif yang mendapatkan prioritas. Sampai saat ini ada tujuh penyakit infeksi pada anak yang dapat menyebabkan kematian dan cacat, walaupun sebagian anak dapat bertahan dan menjadi kebal. Ketujuh penyakit tersebut dimasukkan pada program imunisasi yaitu penyakit tuberkulosis, difteri, pertusis, tetanus, polio, campak dan hepatitis-B.

Tuberkulosis
Tuberkulosis (TBC) adalah suatu penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Penyakit TBC ini dapat menyerang semua golongan umur dan diperkirakan terdapat 8 juta penduduk dunia diserang TB denga kematian 3 juta orang per tahun. Di negara-negara berkembang kematian ini merupakan 25% dari kematian penyakit yang sebenarnya dapat diadakan pencegahan. Diperkirakan 95% penderita TBC berada di Negara berkembang. (Depkes RI, 1992).

Difteri
Difteri merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Corynebacterium diphtheriae merangsang saluran pernafasan terutama terjadi pada balita. Penyakit difteri mempunyai kasus kefatalan yang tinggi. Pada penduduk yang belum divaksinasi ternyata anak yang berumur 1-5 tahun paling banyak diserang karena kekebalan (antibodi) yang diperolah dari ibunya hanya berumur satu tahun.

Pertusis
Pertusis atau batuk rejan adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh Bordotella pertusis pada saluran pernafasan. Penyakit ini merupakan penyakit yang cukup serius pada bayi usia dini dan tidak jarang menimbulkan kamatian. Seperti halnya penyakit infeksi saluran pernafasan akut lainnya, pertusis sangat mudah dan cepat penularannya. Penyakit ini dapat merupakan salah satu penyebab tingginya angka kesakitan terutama di daerah yang padat penduduk.

Tetanus
Penyakit tetanus merupakan penyakit yang disebabkan oleh kuman bakteri Clostridium tetani. Kejadian tetanus jarang dijumpai di negara yang telah berkembang tetapi masih banyak terdapat di negara yang sedang berkembang, terutama dengan masih seringnya kejadian tetanus pada bayi baru lahir (tetanus neonatorum). Penyakit terjadi karena kuman Clostridium tetani memasuki tubuh bayi lahir melalui tali pusat yang kurang terawat. Kejadian seperti ini sering kali ditemukan pada persalinan yang dilakukan oleh dukun kampong akibat memotong tali pusat memakai pisau atau sebilah bambu yang tidak steril. Tali pusat mungkin pula dirawat dengan berbagai ramuan, abu, daun-daunan dan sebagainya. Oleh karena itu, untuk mencegah kejadian tetanus neonatorum ini adalah dengan pemberian imunisasi.

Poliomyelitis
Polio adalah penyakit yang disebabkan oleh virus polio. Berdasarkan hasil surveilans AFP (Acute Flaccide Paralysis) dan pemeriksaan laboratorium, penyakit ini sejak tahun 1995 tidak ditemukan di Indonesia. Namun kasus AFP ini dalam beberapa tahun terkahir kembali ditemukan di beberapa daerah di Indonesia.

Campak
Penyakit campak (Measles) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus campak, dan termasuk penyakit akut dan sangat menular, menyerang hampir semua anak kecil. Penyebabnya virus dan menular melalui saluran pernafasan yang keluar saat penderita bernafas, batuk dan bersin (droplet). Penyakit ini pada umumnya sangat dikenal oleh masyarakat terutama para ibu rumah tangga. Dibeberapa daerah penyakit ini dikaitkan dengan nasib yang harus dialamai oleh semua anak, sedangkan di daerah lain dikaitkan dengan pertumbuhan anak.

Hepatitis B
Penyakit hepatitis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus hepatitis B. Penyakit ini masih merupakan satu masalah kesehatan di Indonesia karena prevalensinya cukup tinggi. Prioritas pencegahan terhadap penyakit ini yaitu melalui pemberian imunisasi hepatitis pada bayi dan anak-anak. Hal ini dimaksudkan agar mereka terlindungi dari penularan hepatitis B sedini mungkin dalam hidupnya. Dengan demikian integrasi imunisasi Hepatitis B ke dalam imunisasi dasar pada kelompok bayi dan anak-anak merupakan langkah yang sangat diperlukan.

Tujuan Pelaksanaan Imunisasi
Tujuan pemberian imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya infeksi penyakit yang dapat menyerang anak-anak. Hal ini dapat dicegah dengan pemberian imuniasi sedini mungkin kepada bayi dan anak-anak.
Menurut Depkes RI (2001), tujuan pemberian imunisasi adalah untuk mencegah penyakit dan kematian bayi dan anak-anak yang disebabkan oleh wabah yang sering muncul. Pemerintah Indonesia sangat mendorong pelaksanaan program imunisasi sebagai cara untuk menurunkan angka kesakitan, kematian pada bayi, balita/ anak-anak pra sekolah.
Imunisasi BCG
Pemberian vaksin BCG adalah untuk meningkatkan kekebalan aktif tubuh terhadap penyakit TB. Vaksin ini mengandung  bakteri bacillus calmette guerin fidup yang dilemahkan sebanyak 50.000-10.000.000 partikel /dosis. Imunisasi BCG diberikan 1 (satu) kali sebelum bayi berumur 2 bulan secara suntikan intrakutan dengan dosis 0,05 ml, pengulangan pemberian tidak dianjurkan karena keberhasilannya diragukan.
Vaksin BCG tersedia dalam sediaan ampul warna coklat 5 ml untuk 80 anak.  Dalam penggunaanya, jika sediaannya telah dibuka, maka sediaan itu hanya boleh digunakan dalam 3 jam. Cara pemberian dan dosis vaksin BCG adalah sebagai berikut :
-              Larutkan vaksin BCG dengan menggunakan alat suntik steril (ADS 5 ml) sebelum digunakan.
-              Cara melarutkannya : untuk mencegah terhembusnya serbuk, maka masukkan sediaan kedalam plastik khusus kemudian patahkan leher ampul, lalu plastiknya di lepaskan secara perlahan.Tambahkan pelarut kedalam ampul dengan spuit 5cc yg steril dan kering ( pelarut NaCl),  goyang perlahan hingga homogen.
-              Dosis yang digunakan pada bayi yang berumur kurang dari 1 tahun adalah 0,05 ml, sedangkan untuk anak yang berusia diatas 1 tahun adalah 0,1 ml.
-              Penyuntikan dilakukan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas ( insertion musculus deltoideus) dengan menggunakan ADS 0,05 ml. Penyuntikan dilakukan perlahan-lahan kearah permukaan ( sangat superficial ) sehingga terbentuk lepuh       ( wheal ) dengan diameter 8-10 mm.
Kontraindikasi pemberian imunisasi ini adalah terdapatnya  penyakit kulit yg berat/menahun seperti eksim, furunkolosis, dan anak sedang menderita penyakit TB.
Efek samping akibat pemberian imunisasi ini adalah timbulnya indurasi dan kemerahan ditempat suntikan ( setelah 1-2 minggu pemberian ) yang berubah menjadi pustula, kemudian pecah menjadi luka. Luka tersebut tidak memerlukan pengobatan karena akan sembuh dengan sendirinya dan meninggalkan parut. Terkadang juga ditemui pembesaran kelenjar regional diketiak atau leher, terasa padat, tidak sakit dan tidak menimbulkan demam. Reaksi ini normal dann tidak perlu pengobatan
Vaksinasi BCG dinyatakan berhasil apabila terjadi tuberkulin konversi pada tempat suntikan. Ada tidaknyatuberkulin konversi tergantung pada potensi vaksin dan dosis yang tepat serta cara penyuntikan yang benar. Kelebihan dosis dan suntikan yang terlalu dalam akan menyebabkan terjadinya abses ditempat suntikan. Untuk menjaga potensinya, vaksin BCG harus disimpan pada suhu 20 C. (Depkes RI, 2005)



Imunisasi DPT
Kekebalan terhadap penyakit difteri, pertusis dan tetanus adalah dengan pemberian vaksin yang terdiri dari toksoid difteri dan toksoid tetanus yang telah dimurnikan ditambah dengan bakteri bortella pertusis yang telah dimatikan. Dosis penyuntikan 0,5 ml diberikan secara subkutan atau intramuscular pada bayi yang berumur 2-12 bulan sebanyak 3 kali dengan interval 4 minggu. Reaksi spesifik yang timbul setelah penyuntikan tidak ada. Gejala biasanya demam ringan dan reaksi lokal tempat penyuntikan. Bila ada reaksi yang berlebihan seperti suhu yang terlalu tinggi, kejang, kesadaran menurun, menangis yang berkepanjangan lebih dari 3 jam, hendaknya pemberian vaksin DPT diganti dengan DT. (Depkes RI, 2005)
Vaksin DPT tersedia dalam sediaan vial warna kuning 5 ml untuk 10 anak. Cara pemberian vaksin ini adalah sebagai berikut :
-              Kocok sediaan terlebih dahulu hingga homogen
-              Kemudian disuntikan secara IM pada musculus vastus lateralis(ant-lateral) di paha bagian atas dengan dosis 0,5 ml
-              Dosis diberikan pada umur 2, 3, 4 bulan dengan interval minimal 4 minggu
Kontraindikasi pemberian imunisasi adalah enselopati, punya riwayat anafilaksis sebelumnya dan hiperpireksia.
Efek samping akibat pemberian imunisasi ini adalah gejala yg bersifat sementara seperti lemas, demam, merah di tempat suntikkan. Kadang terjadi gejala berat seperti demam tinggi, iritabilitas dan meracau yang biasanya terjadi 24 jam setelah imunisasi.

Imunisasi DT
Imunisasi ini memberikan kekebalan terhadap toksin yg dihasilkan oleh kuman penyebab penyakit difteri dan tetanus. Pelaksanaannya dianjurkan untuk anak yang berusia dibawah 8 tahun. Cara pemberiannya sama dengan pemberian imunisasi DPT. Imunisasi ini tidak boleh diberikan pada keadaan hiperpireksia dan sakit berat.

Imunisasi TT
Imunisasi Tetanus toksoid ( TT ) memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit tetanus. ATS ( Anti Tetanus Serum) juga dapat digunakan untuk mencegah atau pengobatan penyakit tetanus. Pada ibu hamil, imunisasi diberikan pada saat kehamilan berumur 7 atau 8 bulan . Vaksin disuntikkan pada otot paha atau lengan atas sebanyak 0,5 ml.

Imunisasi Polio
Untuk kekebalan terhadap poliomyelitis diberikan 2 tetes vaksin polio oral yang mengandung virus polio yang mengandung virus polio tipe 1, 2 dan 3 dari Sabin. Vaksin yang diberikan melalui mulut pada bayi umur 2-12 bulan sebanyak 4 kali dengan jarak waktu pemberian 4 minggu. (Depkes RI, 2005)
Vaksin ini tersedia dalam sediaan vial les merah dan drop tetes merah jambu. Cara pemberian vaksin ini adalah sebagai berikut :
-              Diberikan secara oral, 1 dosis adalah 2 tetes.
-              Dilakukan sebanyak 4 kali pemberian (bulan 1,2, 4 dan 6) dengan interval setiap dosis minimal 4 minggu.
-              Setiap membuka vial baru harus menggunakan penetes (dropper ) yang baru.
            Kontraindikasi pemberian imunisasi ini adalah pada anak yg menerima immune deficiency.
            Umumnya tidak terdapat efek samping pada pemberian imunisasi ini. Efek Paralisis yg disebabkan oleh vaksin sangat jarang terjadi( kurang dari 0,17:1.000.000; Bull WHO 66:1988).

Imunisasi Campak
Vaksin yang diberikan berisi virus campak yang sudah dilemahkan dan dalam bentuk bubuk kering ataufreezeried yang harus dilarutkan dengan bahan pelarut yang telah tersedia sebelum digunakan. Suntikan ini diberikan secara subkutan dengan dosis 0,5 ml pada anak umur 9-12 bulan. Di negara berkembang imunisasi campak dianjurkan diberikan lebih awal dengan maksud memberikan kekebalan sedini mungkin, sebelum terkena infeksi virus campak secara alami. Pemberian imunisasi lebih awal rupanya terbentur oleh adanya zat anti kebal bawaan yang berasal dari ibu (maternal antibodi), ternyata dapat menghambat terbentuknya zat kebal campak dalam tubuh anak, sehingga imunisasi ulangan masih diberikan 4-6 bulan kemudian. Maka untuk Indonesia vaksin campak diberikan mulai anak berumur 9 bulan. (Depkes RI, 2005)
Vaksin ini tersedia dalam sediaan vial orange. Dalam penggunaannya, jika vial telah dibuka hanya boleh digunakan untuk 8 jam. Cara pemberian vaksin ini adalah sebagai berikut :
-              Larutkan terlebih dahulu vaksin dengan pelarut steril yg telah tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut.
-              Kemudian disuntikan secara subkutan dengan dosis 0,5 ml pada lengan kiri atas atau anteolateral paha pada usia 9 – 11 bulan dan ulangan pada usia 6-7 th setelah catch up campaign pada anak sekolah dasar kelas 1-6.
            Kontraindikasi pemberian imunisasi ini adalah anak yang mengidap penyakit immune deficiensi atau anak yang diduga menderita gangguan respon imun karena leukimia, lymphoma.
            Efek samping akibat pemberian imunisasi ini pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3 hari yg dapat tejadi 8-12 hari setelah vaksinasi.



Imunisasi Hepatitis B
            Imunisasi ini memberikan kekebalan aktif terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus Hepatitis B. Pemberiannya di lakukan sebanyak 3 kali , pertama saat anak berusia 0-7 hari, bulan 1 dan selanjutnya pada bulan ke 6. Interval minimum pemberian adalah 4 minggu.
            Sediaan vaksin ini ada 2 jenis, yakni sediaan vial warna merah jambu dan uniject warna putih. Cara pemberian vaksin ini adalah sebagai berikut :
-              Sediaan dikocok terlebih dahulu hingga homogen
-              Kemudian disuntikan dengan dosis 0,5 ml atau 1(sebuah) HB PID secara intra muskular pada musculus vastus lateralis( ant-lateral) atau di musculus Deltoid.
-              Pemberian sebanyak 3 dosis, dosis pertama  diberikan pada umur 0-7 hari, berikutnya diberikan dengan interval minimal 4 minggu.
            Kontra indikasi pemberian vaksin ini adalah anak yang hipersensitif terhadap komponen vaksin. Efek samping setelah pemberian vaksin ini adalah timbulnya reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan disekitar tempat penyuntikan. Reaksi yg terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang dalam 2 hari.

Kesimpulan
Imunisasi adalah suatu tindakan untuk memberikan kekebalan secara aktif terhadap suatu antigen dengan cara memasukkan vaksin ke dalam tubuh manusia.
Tujuan pemberian imunisasi adalah :
·         Mencegah kesakitan
·         Mencegah kecacatan
·         Mencegah kematian
Jenis imunisasi menurut PPI (Program Pengembangan Imunisasi) :
·         BCG ( bacillus calmette guerin ) sebanyak 1 kali
·         Hepatitis B sebanyak 3 kali
·         Polio sebanyak 4 kali
·         DPT sebanyak 3 kali
·         Campak sebanyak 1 kali.
Keberhasilan imunisasi tergantung pada :
·         Status imun penjamu
·         Genetic
·         Kualitas n kuantitias vaksin
·         Cara pemberian vaksin
·         Dosis vaksin
·         Host
·         Frekuensi pemberian
·         Zat yang merespon vaksin imun yg diberikan
·         Cara penyimpanan


DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI, Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi, Jakarta, 2005
Departemen Kesehatan RI, Petunjuk Pelaksanaan Program Imunisasi, Jakarta, 1992
Departemen Kesehatan RI, Petunjuk Teknis Reaksi Samping Imunisasi, Jakarta, 1994
Departemen Kesehatan RI, Profil Kesehatan Indonesia, Jakarta, 2000
Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran USU, Handbook for Pediatrician, Medan,2007
Ibrahim, Imunisasi dan Kematian Anak Balita, Medika, Nomor 6 Tahun 17, Jakarta, 1994
Musa , A.D, Peranan Pencegahan Khususnya Imunisasi Dalam Penurunan Angka Kematian Bayi di Indonesia.Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia. Tahun XV Nomor 9 April 1985.
Noor,N.N, Dasar Epidemiologi, Rineka Cipta, Jakarta, 2000
Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran USU,  Handbook for
Pediatrician, Medan,2007
RSUD Dokter Soetomo, Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag/SMF Ilmu Kesehatan
Anak Edisi III, Surabaya, 2008


No comments:

Post a Comment